Kuningan, Jawa Barat – Pada Kamis, 25 Juli 2024, wilayah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, diguncang oleh gempa bumi dengan magnitudo 3,6.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa gempa tersebut terjadi pada pukul 04.01 WIB dengan pusat gempa berada di darat, sekitar tiga kilometer tenggara Kuningan.

Gempa ini merupakan jenis gempa kerak dangkal, yang diduga dipicu oleh aktivitas Sesar Baribis Segmen Ciremai.

Detil Kejadian Gempa

Menurut laporan BMKG, gempa tersebut memiliki kedalaman enam kilometer dan tergolong sebagai gempa dangkal.

Getaran gempa dirasakan cukup kuat di wilayah Kuningan dengan skala intensitas III MMI, yang berarti getaran dirasakan nyata dalam rumah dan seakan-akan ada truk besar berlalu.

Getaran juga dirasakan di wilayah Cirebon dan Majalengka dengan skala intensitas II-III MMI.

Dampak dan Tindakan Waspada

Meski gempa ini tidak menimbulkan kerusakan signifikan, BMKG terus memantau adanya potensi gempa susulan.

Hingga pukul 05.00 WIB, belum ada laporan tentang gempa susulan yang terjadi. Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, menyatakan bahwa masyarakat harus tetap waspada dan mengikuti panduan keselamatan saat terjadi gempa bumi.

“Gempa kerak dangkal seperti ini sering kali lebih berbahaya karena titik pusatnya yang dekat dengan permukaan tanah, di mana aktivitas manusia banyak terjadi,” ujar Teguh Rahayu.

Ia juga menambahkan bahwa mitigasi bencana dan kesiapsiagaan masyarakat sangat penting untuk mengurangi risiko saat terjadi gempa.

Aktivitas Kegempaan di Jawa Barat

Jawa Barat merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang sering mengalami aktivitas kegempaan.

Sepanjang tahun 2024 saja, sudah terjadi lebih dari 600 kali gempa di wilayah ini.

Potensi gempa di Jawa Barat umumnya berasal dari dua sumber utama, yaitu subduksi di dasar lautan di pesisir selatan Jawa Barat dan gerakan sesar darat yang aktif.

Sesar Baribis Segmen Ciremai merupakan salah satu sesar aktif yang kerap memicu gempa di wilayah Kuningan dan sekitarnya.

Aktivitas sesar ini telah menjadi perhatian serius bagi BMKG dan para peneliti gempa bumi, mengingat dampaknya yang langsung dirasakan oleh masyarakat di sekitarnya.

Upaya Mitigasi dan Edukasi

BMKG terus melakukan upaya mitigasi melalui edukasi masyarakat tentang kesiapsiagaan menghadapi gempa.

Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan mengadakan sekolah lapangan gempa bumi dan tsunami, di mana masyarakat diajarkan cara-cara untuk bertindak cepat dan tepat saat terjadi gempa.

“Dengan memahami potensi bencana dan cara mitigasinya, kita bisa mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi. Edukasi dan latihan secara rutin menjadi kunci dalam membangun budaya tanggap bencana di masyarakat,” kata Teguh Rahayu.

Gempa bumi di Kuningan ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam.

BMKG terus mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, waspada, dan mengikuti arahan dari otoritas setempat.

Untuk informasi lebih lanjut dan terkini mengenai gempa dan potensi bencana lainnya, masyarakat dapat mengakses situs resmi BMKG atau mengikuti kanal resmi BMKG di media sosial.

Dengan kesiapsiagaan yang baik, kita dapat mengurangi risiko dan kerugian akibat bencana gempa bumi yang sewaktu-waktu bisa terjadi.***